Pengalaman touring Manado Bolmong (updated)

Pertama kali ikut kegiatan touring bareng anak2 motor memang oke, lebih banyak suka nya. Apalagi yang ikut ada yang tergolong masih baru, meskipun banyak juga yg sudah pengalaman. Uniknya para "peserta" touring semuanya masih ada hubungan sedarah (ponakan, sepupu, adik, kakak, tante, om). Lebih cocok dibilang touring keluarga lah.

Berawal dari keinginan 1-2 orang untuk menghadiri acara, dan akhirnya info beredar sangat cepat. Pada hari yang sudah ditentukan, terkumpul belasan orang dengan merk motor dan spek yang beragam. Mulai dari 110cc hingga 250cc, motor matic maupun kopleng. Semuanya sepakat untuk konvoi, jadi saya pikir cukup aman lah mengingat ada juga beberapa peserta perempuan yang nekat ikut, rela melepas kenyamanan bawa mobil demi alasan "rame-rame". XD



Hari itu tunggangan saya adalah Vario Techno 125. Vartech 125 merupakan turunan modifikasi dari produk premium Honda PCX (150cc), bukan hasil modifikasi dari Vario 110 seperti yang diduga sebagian orang. Desain engine dan teknologi yang benar2 baru digunakan sama persis dengan Honda PCX, minus sebagian besar sensornya yang tidak dipasang di Vario125.


Honda PCX
Oke, kami berangkat menuju Bolmong pukul 8.30 pagi, molor 2 jam dari yang sebelumnya disepakati, dan konvoi pun melewati jalan-jalan utama kota yang pada hari Minggu pagi itu masih lengang. Konfigurasi konvoi diatur sedemikian rupa agar supaya tidak ada yang ketinggalan. Peserta yang membawa motor2 ber-cc paling besar posisinya dibelakang, sementara yang ber-cc paling rendah ditengah-tengah.
(Meskipun sedang menunggangi mesin 125cc jika dibandingkan dengan kawan2 lainnya tetap posisi Vario Techno 125 saya masuk di golongan cc rendah.)

Di perbatasan Manado-Minahasa kami sempat stop sebentar untuk beli bekal dan menunggu rekan yang datang belakangan, baru confirm ikut pada pagi itu. Jam menunjuk pukul 9 pagi, ketika konvoi dilanjutkan. Sepanjang jalan menyusuri jalur trans Sulawesi sembari merasakan aroma angin laut, tidak ada hambatan berarti. Konvoi baru terpisah ketika sampai di tanjakan pertama desa Tanawangko, dikarenakan akselerasi mesin motor yang berbeda-beda. Jalan menanjak yang disertai beberapa kali tikungan panjang dan memiliki kemiringan lumayan.

Pada saat sebelum konvoi, kami memang sudah diinformasikan kembali tentang tanjakan ini beserta cara yang aman untuk melewatinya, mengingat sesudah itu ada jalan menurun dengan tikungan2 yang sangat curam. Dan benar saja setelah lewat Desa Munte, jalan mulai meliuk-liuk dengan kondisi aspal yang tidak rata dan mulai menurun dengan tikungan S yang curam.

Salah satu tikungan S desa Munte.
Foto: beritamanado

Sebuah truk yang tidak sanggup menarik muatannya, saat melewati salah satu tikungan desa Munte.
Foto: Tribun Manado
Tikungan ini sangat terkenal, karena sangat rawan kecelakaan. Sudah banyak terjadi lakalantas di spot ini dengan jumlah korban jiwa yang tidak sedikit. Hal ini disebabkan karena kondisi jalan yang tidak rata baik di jalan lurus maupun saat menikung, berpasir, dan tidak adanya lampu jalan saat malam. Kami pun praktis ekstra hati2 melihat kondisi jalan seperti itu.

Sesudah "turun gunung" akhirnya berjumpa dengan trek panjang yang lurus dan rata. Signal tangan beberapa kali mengayun kedepan terlihat dari seorang rekan diposisi terdepan, mengisyaratkan "Go" alias saatnya tancap gas. Kawan2 yang ber-cc besar berulang kali jadi bulan2an harus mengejar yang sudah terlampau jauh didepan, supaya tetap berada dalam konvoi bersama-sama dengan kami yang ber-cc rendah. Mendapati perkampungan2 warga jalanan kembali banyak menikung, tetapi sesudah itu trek panjang dan lurus lagi.

Sewaktu berada di daerah Turanga, saya mencoba kemampuan Vartech 125 dengan teknologi PGM-FI nya. Pada trek lurus dengan speed diatas 80 kpj, setir Vartech 125 tetap stabil. Memang terdengar getaran bodi seperti ada yang longgar dibagian depan, tetapi setelah diperhatikan ternyata gara2 cacat desain (imho) yang ada di bagian tameng depan, tepatnya diantara dual headlamp (mirip hidung), hanya itu. Dugaan pertama kali adalah plat nomor, namun setelah ditahan ujung hidung tameng depan, bunyi getar langsung hilang. Dan sewaktu ditanya ke bengkel resmi Honda (AHASS), masalah itu cukup diselesaikan pake dobel-tip. (Halah)

Soal penyakit Vario 125, yaitu bunyi "ngorok" gara2 selang air filter yang lebih panjang, terbukti tidak berpengaruh pada performa dari Vario 125 secara keseluruhan (imho). Ada juga yang berpendapat itu gara2 crankcase-nya. Namun Stop & Go Vartech 125 tetap oke.

Nah, karena tidak mampu mengejar akhirnya setelah melewati daerah Amurang kami harus puas tertinggal dibelakang, jauh dari kawan2 yang punya "hati" diatas speedometer 110 km/jam. Hahaha.





Inilah gambaran kondisi jalan dan pemandangan disekitar yang kami lewati sepanjang perjalanan.
Ruas jalan AKD (Amurang - Kotamobagu - Doloduo).
Foto: rafansdetik.blogdetik.com


Sepanjang perjalanan kami beberapa kali berpapasan dengan komunitas motor lain yang sepertinya juga sedang touring. Sisi positifnya dari komunitas motor tersebut, mereka suka berbagi informasi tentang kondisi rute yang hendak kami lewati.

Kami akhirnya tiba di tujuan Desa Nonapan pada pukul 11.25 siang. Untung tidak hujan, cuaca sangat bersahabat. Posisi konvoi sudah berantakan, yang tiba duluan adalah kami yang tadinya tertinggal dibelakang. Menyusul adalah kawan2 yang sudah berada didepan semenjak meninggalkan daerah Amurang, mereka sengaja menunggu dan membiarkan kami lewat ketika mereka sedang istirahat di daerah Tenga. Faktor performa mesin motor dan kecepatan memang sangat berperan dalam perjalanan jauh seperti ini.

Ah sudahlah, yang penting adalah safety. (suara hati pria yang menunggangi 125 cc)

(eniwei, nyali saya ciut saat jarum speedometer ada di angka 120, reaaally embarasing... XD)

Menjelang pukul 3 sore, setelah istirahat cukup (makan kekenyangan - tidur lelap.. LOL) dan puas berbagi cerita, kami pun bersiap hendak kembali ke Manado. Keinginan untuk kembali berformasi konvoi dalam perjalanan pulang tidak terwujud, karena ada yang memilih untuk pulang malam hari. Akhirnya sebagian besar memilih untuk pulang ke Manado selagi hari masih terang dan mumpung belum hujan, karena di langit awan terlihat makin tebal dan gelap. Kami pun berangkat setelah sebelumnya singgah di SPBU terdekat, dan 15 menit kemudian setelah melewati perbatasan Kab.Minsel dan Bolmong hujan turun.

Perbatasan Kab.Minahasa Selatan dan Kab.Bolmong
Foto: panoramio

Kurang lebih 1 jam kemudian perjalanan dilanjutkan, setelah berteduh di sebuah rumah kopi pinggiran jalan. Melihat kondisi jalan yang sangat licin, tidak ada satupun yang berani untuk memacu kecepatan hingga lebih dari 80 km/jam. Perjalanan pulang berjalan lambat karena beberapa kali terjebak macet di daerah Amurang dan terakhir di tugu Boboca (perbatasan masuk kota Manado).

Tugu Boboca, di perbatasan Kota Manado.
Foto: harsantohalim.blogspot.com


Kami pun sampai di homebase pada pukul 18.40 dengan tidak bersamaan, karena untuk melewati kemacetan dari daerah Kalasey hingga di perbatasan Manado banyak yang ketinggalan. Kawan2 yang pulang belakangan dari Desa Nonapan tiba kurang lebih 1 jam kemudian.

Perjalanan sepanjang 240 km itu menyisakan banyak cerita dan pengalaman unik. Pengalaman adu nyali di tikungan tajam, memacu motor dengan kecepatan tinggi, hampir diseruduk sapi dan babi hutan, hampir terhempas sewaktu berpapasan dengan truk Pertamina, dan banyak lagi pengalaman lainnya, termasuk saya yang "dicaci maki" gara2 lupa bawa kamera. XD.

Pengalaman perjalanan jauh bawa Vario Techno 125 PGM-FI, selain nyaman juga irit. Pastinya puasss...

Teknologi PGM-FI (Programmed Fuel Injection) adalah sebuah sistem distribusi bahan bakar yang dikendalikan secara elektronik untuk mensuplai bahan bakar atau oksigen secara tepat sesuai kebutuhan mesin di segala keadaan. Perjalanan sejauh 240 km (pergi pulang) itu Vario 125 "minum" bensin RON 92 (Pertamax) sebanyak lebih kurang 6 liter. Kapasitas tanki sebesar 5,5 liter, jadi praktis harus singgah SPBU sebanyak 1 kali. Irit kan. :D

Semuanya menjadi bahan cerita saat kembali ke homebase. ;)

2 komentar:

  1. woooww The best touring .. :D

    BalasHapus
  2. Mantaappppp...kapan akan touring bareng lagi? mau dong ikutan..BTW truck yang sempat tidak kuat menanjak itu adalah truck yang loading equipment RIG ( Menara Pemboran ) kami Apexindo RIG#10 saat akan melakukan pemboran geothermal ( Panas bumi ) di desa Purworejo - Kotamobagu.

    BalasHapus

author
Erol Joudy
Freelance graphic designer, db-admin, WordPress addicted, Bayern München fans, Blogger.