Aku masih menatap tajam layar monitor kosong di depanku....diam dalam kebekuan seorang diri. Tak satu katapun terlintas dalam benakku. Hanya bunyi detak jam dinding yang terdengar. Masih saja tak mengerti, masih saja tak tahu apa yang harus aku lakukan.
Aku adalah perempuan paruh baya yang hidup seorang diri dalam duniaku. Kehidupan normal dalam indahnya berkeluarga sudah aku lewati beberapa tahun yang silam. Suamiku sudah terlebih dahulu meninggalkan aku, Tuhan memanggilnya saat usianya menjelang 50 thn karena serangan jantung. Begitu juga Rangga, putra kami satu-satunya yang harus berpulang karena kecelakaan lalu lintas. Saat pulang sekolah, pengemudi angkot yang sedang mabuk menabraknya tanpa ampun, dan membuat anakku terpental jatuh ke dalam sungai yang sedang mengalir deras karena hujan semalaman. Karena Rangga tidak mahir berenang, seketika itu juga arus sungai menelannya. Jenasahnya baru di ketemukan esok hari, terbawa hingga 2 kilometer dari tempat kejadian. Dan itu terjadi 4 tahun yang lalu.
Saat itu aku merasa habis sudah episode hidupku bersama orang-orang yang kucintai. Aku merasa begitu sendiri dan betapa pahit hidup yang aku jalani. Kadang dalam diamku aku bertanya kepada Tuhan. Mengapa tidak Engkau bawa serta aku untuk pulang kembali kerumahMu, mengapa harus aku yang tinggal diam sendiri tanpa belahan hati dan buah hatiku. Adilkah Tuhan ...aku menjalani hidup ini. Banyak pertanyaan yang berkelebat dalam pikiranku waktu itu.