Touring Honda Vario Techno 125 PGM-FI Jawa-Bali.
Foto: dapurpacu.com
Kegiatan touring (perjalanan jauh dengan motor ala bikers) ternyata banyak manfaat positifnya. Selain makin "menyatu" dengan motor, etika diatas kendaraan pun akan sangat mudah dikuasai atau bahasa kerennya learning-by-doing. Saya makin paham, etika berkendara itu dimulai dari mengetahui bahwa seorang pengendara motor (bikers) di jalan itu, sebenarnya menjadi target. Pertama, target kena sumpah-serapah/maki pengendara lain kalau ugal-ugalan kek jalan raya itu warisan orangtuanya. Andai ketemu bikers yang beginian di jalanan harap maklum, ntar aspal jalan bakalan dia "peluk dan cium" juga kok, bro. XD

Kemudian, jadi target diserempet kendaraan lain. Syukur2 cuma diserempet ato "nempel" di motor lain, tapi kalo "nempel" apalagi "diinjak" sama truk kontainer?! Berbahaya kan, bro!! Makanya saat membawa motor di jalan raya, usahakan agar supaya selalu dapat terlihat oleh pengguna jalan/pengendara lainnya, baik searah maupun dari arah berlawanan. Jika ingin melakukan overtake (melambung), biasakan untuk memposisikan diri agar terlihat pada kaca spion kanan kendaraan didepan terlebih dulu (terutama mobil), nyalakan lampu sen kanan, bunyikan klakson 2 kali untuk meminta perhatian pengendara yang didepan, baru overtake, jangan justru dibalik, oke!? Akibat dari overtake dulu baru klakson, biasanya buruk, bro. Entah anda pindah ke arus berlawanan atau mengakibatkan kecelakaan dibelakang. Coba bayangkan apa yg terjadi andaikan yang di-overtake kaget, refleks tiba-tiba banting stir ke kiri trus injak rem, dan ternyata ada pengguna jalan lainnya dipinggir atau dibelakang dia, yang belum tentu bisa refleks menghindar!? Kecelakaan bakal terjadi hanya karena ingin menghindari anda yang lalai menghargai orang lain, kesampingkan dulu alasan soal niat kenapa ingin overtake.

Nah, makin bahaya lagi kalau jadi target "pengguna" jalan lainnya. (Woi, apa maksudnya nih kata pengguna pake tanda kutip?) Bro, seringkali ada binatang peliharaan yang tanpa liat kanan-kiri langsung nyebrang, anjing-kucing-kambing-deelel, entah apa maksud dan tujuan mereka. Ada juga binatang yang suka tiduran di tengah jalan, terlebih khusus sapi, karena pada waktu malam akan sangat sulit terlihat. Lagi santai bawa motor, eh tiba-tiba binatang yang otaknya kecil itu "nantang" berdiri ditengah jalan.
Bro, sebuah sepeda motor memiliki berat rata-rata 110 kg, sedangkan berat seekor sapi punya bobot rata-rata hampir 1000 kg, dan dia terkenal pantang "mundur" ditengah jalan, tetap diam apapun yang menghantam. :D
Jadi, sangat perlu untuk memperhatikan dengan cermat kondisi permukaan jalan, apalagi saat perjalanan jauh dan melewati perkampungan.

Okeh, intinya menjadi seorang bikers itu harus percaya diri (Pe-de) saat di jalan raya. Pe-de karena menguasai kendaraannya, pe-de karena selalu waspada, pe-de karena menaati semua rambu lalu lintas, dan paling utama pe-de karena menghargai sesama pengguna jalan lainnya, terutama pejalan kaki, bro. Wuiiss. :P

(Eh, kok jadi pake gaya bra-bro-bra-bro sih.. hahaha.)

Eniwei, menginjak bulan ke-6 semenjak beli, setelah sekian kali perjalanan jauh keluar kota, sekarang Honda Vario Techno 125 PGM-FI (Vartech 125) saya baru akan memasuki 4000 km. (Weks "jauh" bener bro, baru 4000 km?! Hahaha.) Rileks bro, maklum orang kantoran jadi motor banyakan parkir di garasi. Motif di ban depan dan belakang juga masih cakep tuh. LOL.

Oh ya bicara soal ban, ban standar Vartech 125 yang punya kode FT sudah saya ganti tepat sesudah pengalaman touring pertama ke Bolmong bulan Oktober 2012 lalu. Saya memilih ban merk FDR (Federal Tire) tipe Sport XR Evo, dengan ratio ban depan 90/80, sedangkan ban belakang 110/80. Bandingkan dengan bawaan standar, ban depan 80/90 sedangkan belakang 90/90, ratio ban belakang naik 1 tingkat, dan bisa dipastikan kaki MAKIN jinjit di lampu merah. LOL.

FDR Sport XR Evo
Nah, ada yang bilang kalau saya salah pilih ban, kalau aspal kering memang XR Evo tidak diragukan waktu diajak rebahan pun bisa, dan sudah saya buktikan. Tetapi lain ceritanya saat trek basah, karena ban tipe ini licin. Hmm.. saya memang super-newbie di dunia bikers, tapi bukannya semua ban kalau basah pasti licin?! Cmiiw.
Lagipula, saya gak niat nekat bawa motor kecepatan diatas 60 km/jam, didalam kota, dengan kondisi aspal basah. Jujur, sempat down dengar komentar kawan2 bikers soal itu, tapi syukur jadi terhibur karena ada beberapa rekan bikers senior yang bilang menurut pengalaman mereka yang sudah lama menggunakan Sport XR Evo ternyata aman-aman saja, dan saya perlu menghiraukan faktor kelas/kasta motor yang sangat menentukan. Testimoni mereka adalah, dengan harga yang terjangkau Sport XR Evo sangat cocok untuk motor matic karena kelasnya untuk penggunaan dalam kota dengan kondisi jalan beraspal yang terawat, dan tidak bisa dibandingkan dengan kondisi spek motor lain yang dirancang untuk kerja berat seperti touring dengan rute antar propinsi, apalagi untuk segala medan (apalagi offroad). Terakhir ada tulisan di salah satu blog bikers juga yang turut menyumbangkan suara penghiburan, ini judul artikelnya FDR XR Sport EVO : Perkasa di Aspal, Tak Berdaya di Medan Offroad. Thanks guys. ;)

Kisaran harga eceran FDR Sport XR Evo

Oke lanjut, sebenarnya ada keinginan untuk menggunakan ratio yang lebih besar lagi untuk ban belakang dengan alasan lebih safety selain mengganti velg dengan tapak lebar, contohnya ratio ban 120/70, namun ter-pending karena ada masukan kalau ban makin keatas rationya otomatis permukaan yang melekat ke aspal jadi lebih luas, tenaga mesin yang diperlukan untuk mendorong motor semakin besar, imbasnya akan mempengaruhi top speed/laju motor itu sendiri.
Saya sendiri prefer performa yang balance dari motor, tarikan oke, laju mantap yang penting gak malu-maluin, dan harus irit. Titik.

Dan pada beberapa bulan kedepan, sudah ada rencana untuk mengganti shockbreaker depan dan belakang sekaligus, busi dan coil untuk meng-improve pengapian, dan mungkin roller CVT diganti dengan yang lebih ringan biar makin mantap di putaran bawah, termasuk akan mencoba pake ban BT39,, ya, Bridgestone Battlax BT39... Hell, yeaaah!!! *rock-n-roll*


PS:
Okey setelah membaca ini, dan ada yang berpikir sekarang saya sudah pindah hobi dari seorang overclocker menjadi seorang bikers,,, anda bukanlah yang pertama. LOL. See ya.. ;)
author
Erol Joudy
Freelance graphic designer, db-admin, WordPress addicted, Bayern München fans, Blogger.